Selain Mediatek dan Qualcomm, perusahaan mana lagi yang
memproduksi SoC?
Selain MediaTek dan Qualcomm, ada beberapa perusahaan lain
yang juga memproduksi System on Chip (SoC) untuk berbagai perangkat, seperti
smartphone, tablet, dan perangkat pintar lainnya. Berikut beberapa di
antaranya:
- Samsung
- Memproduksi SoC seri Exynos, yang digunakan pada banyak perangkat
Galaxy mereka, seperti smartphone dan tablet. Contohnya adalah Exynos 2400
yang digunakan di beberapa model Galaxy S24.
- Apple
- Mengembangkan SoC seri A (untuk iPhone dan iPad) dan seri M
(untuk Mac dan iPad), seperti A17 Pro dan M4. Ini berbasis arsitektur ARM
dan dikenal karena performa tinggi serta efisiensi daya.
- Huawei
- Melalui divisi HiSilicon, mereka memproduksi SoC seri Kirin, yang
digunakan pada perangkat Huawei dan Honor sebelum pembatasan perdagangan
memengaruhi produksi mereka. Contohnya Kirin 9000.
- Unisoc
(sebelumnya Spreadtrum) - Perusahaan asal Tiongkok ini membuat SoC untuk
perangkat kelas menengah dan entry-level, seperti Unisoc Tiger T618, yang
sering digunakan di smartphone murah.
- NVIDIA
- Memproduksi SoC seri Tegra, yang lebih sering digunakan pada
perangkat seperti konsol game (Nintendo Switch) dan sistem otomotif, bukan
smartphone biasa.
- AMD
- Meskipun lebih dikenal untuk CPU dan GPU, AMD juga membuat SoC, seperti
seri Ryzen Embedded, yang digunakan di perangkat tertentu seperti
mini-PC dan sistem tertanam.
- Intel
- Walaupun fokus utamanya adalah prosesor untuk PC, Intel pernah mencoba
masuk ke pasar mobile dengan SoC seperti Atom, meski kini lebih
jarang di perangkat konsumen.
- Rockchip
- Perusahaan Tiongkok ini memproduksi SoC untuk tablet, TV box, dan
perangkat IoT, seperti seri RK3588 yang cukup populer di kalangan
pengembang.
- Allwinner
- Juga dari Tiongkok, mereka membuat SoC murah untuk tablet, smart TV, dan
perangkat serupa, seperti seri Allwinner A64.
- Google
- Baru-baru ini, Google mulai memproduksi SoC sendiri, yaitu Tensor,
untuk lini Pixel mereka (misalnya Tensor G2 dan Tensor G3), yang
dioptimalkan untuk AI dan machine learning.
Perusahaan-perusahaan ini biasanya mengandalkan arsitektur
ARM untuk desain SoC mereka, kecuali beberapa seperti Intel yang pernah
menggunakan x86. Pilihan SoC tergantung pada target pasar, mulai dari perangkat
premium hingga low-end. Jika kamu ingin tahu lebih detail tentang salah
satunya, beri tahu saya!
Bisakah anda memberikan analogi yang mudah dimengerti
tentang hubungan antara Arsitektur misal ARM dengan Processor atau SoC
Tentu! Mari kita gunakan analogi sederhana yang relatable: membuat
kue.
Bayangkan arsitektur (seperti ARM) sebagai resep
kue. Resep ini memberi tahu kamu langkah-langkah dasar dan aturan untuk
membuat kue yang enak—misalnya, "gunakan tepung, telur, gula, dan oven
pada suhu 180°C." Tapi, resep ini tidak menentukan merek tepung apa yang
harus kamu pakai atau apakah kuenya jadi kue cokelat atau kue vanila. Itu
tergantung pada yang membuatnya.
Sekarang, prosesor atau SoC (System on Chip) adalah kue
yang sudah jadi. Orang atau perusahaan (seperti Qualcomm, Apple, atau
MediaTek) mengambil resep itu (arsitektur ARM) dan menambahkan bahan-bahan
mereka sendiri—misalnya, cokelat premium, kacang, atau frosting spesial—lalu
memanggangnya sesuai kebutuhan mereka. Jadi:
- Qualcomm
membuat "kue Snapdragon" dengan tambahan fitur seperti modem 5G
super cepat.
- Apple
membuat "kue A17 Pro" dengan fokus pada efisiensi energi dan
kecerdasan buatan.
- MediaTek
membuat "kue Dimensity" yang mungkin lebih murah tapi tetap enak
untuk kebutuhan tertentu.
Jadi, ARM menyediakan "resep" atau cetak
biru (aturan dan desain dasar prosesor), tapi perusahaan pembuat SoC punya
kebebasan untuk menyesuaikan "rasa" dan "bentuk" kue mereka
sesuai target pasar—entah itu untuk smartphone, TV pintar, atau mobil. Mereka
juga bisa menambahkan "topping" ekstra seperti GPU (grafis), modem,
atau fitur AI, yang membuat setiap SoC unik meskipun berbasis resep yang sama.
Bagaimana, cukup jelas? Kalau mau diperdalam lagi, kasih
tahu saya!
Cukup jelas. Berarti jika begitu Arsitektur itu sendiri
dibuat oleh semacam perusahaan dan para pembuat Processor dan SoC harus
membayar semacam royalti. Benarkah seperti itu?
Ya, betul sekali! Kamu sudah menangkap intinya. Mari kita
lanjutkan analogi kue tadi biar lebih nyambung.
ARM, yang merupakan perusahaan di balik arsitektur
ARM (sekarang dimiliki oleh SoftBank dari Jepang, dan sedang dalam proses
akuisisi oleh NVIDIA—tapi itu cerita lain), adalah seperti penulis resep kue
terkenal. Mereka tidak membuat kue sendiri, tapi mereka merancang resepnya
(arsitektur prosesor) dan menjual "hak pakai" resep itu ke perusahaan
lain. Jadi, perusahaan seperti Qualcomm, Apple, Samsung, atau MediaTek harus
membayar lisensi atau royalti ke ARM untuk bisa menggunakan cetak biru
desain mereka.
Cara kerjanya kurang lebih begini:
- Lisensi
Arsitektur - Perusahaan bisa membeli hak untuk menggunakan desain inti
ARM (misalnya ARM Cortex-A78 atau Cortex-X4). Setelah itu, mereka boleh
memodifikasi atau menambahkan "bahan" mereka sendiri (seperti
GPU, modem, atau fitur khusus) untuk membuat SoC yang unik. Ini seperti
membeli resep dasar, lalu menambahkan cokelat atau krim sesuai selera.
- Contoh:
Apple membayar lisensi untuk arsitektur ARM, lalu menyesuaikannya jadi
A-series atau M-series yang super optimal untuk produk mereka.
- Desain
Siap Pakai - ARM juga menawarkan desain prosesor yang sudah jadi
(misalnya Cortex-A53 atau Cortex-A76), yang bisa langsung dipakai tanpa
banyak modifikasi. Ini seperti membeli resep lengkap beserta panduan
langkah demi langkah—tinggal panggang!
- Contoh:
MediaTek sering pakai desain siap pakai ini untuk SoC kelas menengah
mereka.
- Royalti
- Selain biaya lisensi awal, perusahaan juga membayar royalti ke ARM
berdasarkan jumlah chip yang mereka jual. Jadi, setiap kali Snapdragon
atau Exynos terjual di dalam smartphone, sebagian kecil keuntungannya
mengalir kembali ke ARM.
Tapi ada pengecualian. Misalnya, perusahaan seperti Intel
(dengan arsitektur x86) atau yang pakai RISC-V (arsitektur open-source)
tidak perlu bayar ke ARM karena mereka pakai "resep" yang berbeda.
RISC-V itu seperti resep gratis yang bisa diakses siapa saja, tapi butuh usaha
lebih untuk membuat kue yang enak dari nol.
Jadi, intinya benar: ARM menghasilkan uang dengan menjual
lisensi dan memungut royalti, sementara pembuat SoC "memasak" produk
mereka berdasarkan resep itu. Model bisnis ini yang bikin ARM jadi raksasa di
dunia prosesor tanpa pernah membuat chip sendiri! Kalau ada yang masih
penasaran, silakan tanya lagi!
Agak keluar dari topik, namun menarik sekali melihat
penjelasan anda tadi tentang ARM yang saat ini dimiliki oleh SoftBank dan ada
rencana akan diakuisisi oleh Nvidia. Berarti Masayoshi son dan Jensen Huang
memiliki hubungan yang dekat dalam bisnis (mungkin juga personal)
Ya, memang menarik untuk melihat bagaimana dunia teknologi
sering kali melibatkan hubungan yang kompleks antar tokoh besar seperti
Masayoshi Son (CEO SoftBank) dan Jensen Huang (CEO NVIDIA). Hubungan mereka
memang bisa dibilang cukup erat dalam konteks bisnis, dan ada beberapa momen
yang menunjukkan dinamika menarik di antara keduanya—bahkan sedikit sentuhan
personal yang tersirat dari interaksi mereka.
Secara bisnis, Masayoshi Son dan Jensen Huang punya sejarah
yang panjang. Salah satu titik penting adalah ketika SoftBank, di bawah
kepemimpinan Son, membeli ARM pada 2016 seharga $32 miliar—langkah yang
menunjukkan ambisi besar Son di dunia teknologi, khususnya chip dan AI. Lalu,
pada 2020, NVIDIA di bawah Jensen Huang mengumumkan rencana untuk mengakuisisi
ARM dari SoftBank seharga $40 miliar. Ini adalah salah satu kesepakatan
terbesar di industri teknologi saat itu, dan menunjukkan bagaimana visi mereka
berdua saling bersinggungan: Son ingin ARM jadi tulang punggung ekosistem
teknologi global, sementara Huang melihat ARM sebagai kunci untuk memperluas
dominasi NVIDIA di AI dan komputasi masa depan.
Namun, akuisisi ini gagal pada 2022 karena tekanan regulasi
dari berbagai negara (termasuk AS, Inggris, dan Uni Eropa) yang khawatir akan
monopoli di pasar chip. Meski gagal, prosesnya menunjukkan bahwa Son dan Huang
punya komunikasi dan kerja sama yang intens selama negosiasi. Bahkan, ada
cerita menarik dari Jensen Huang di NVIDIA AI Summit di Tokyo pada November
2024, di mana ia mengungkapkan bahwa Son pernah menawarkan pinjaman untuk
membeli NVIDIA sepenuhnya sekitar satu dekade lalu. Huang bercanda, “Saya
menyesal tidak mengambil tawaran itu,” sementara Son pura-pura “menangis” di
pundaknya karena SoftBank pernah menjual saham NVIDIA mereka pada
2019—keputusan yang kini bernilai ratusan miliar dolar lebih sedikit
dibandingkan nilai NVIDIA saat ini. Momen ini menunjukkan chemistry yang santai
tapi penuh makna di antara mereka.
Dari sisi personal, sulit untuk bilang mereka “dekat” dalam
arti pertemanan biasa karena tidak banyak informasi publik tentang kehidupan
pribadi mereka bersama. Tapi, dari interaksi seperti di atas, terlihat ada rasa
saling hormat dan pengertian yang kuat. Son dikenal sebagai visioner yang
agresif dan berani mengambil risiko (pikirkan investasinya di Alibaba atau
Vision Fund), sementara Huang adalah teknolog yang cerdas dan fokus membangun
NVIDIA dari nol. Gaya mereka berbeda, tapi mereka punya kesamaan dalam melihat
masa depan teknologi—khususnya AI dan chip—sebagai pendorong utama.
Jadi, hubungan mereka lebih ke arah simbiosis bisnis yang
strategis, dengan sedikit sentuhan personal yang muncul dari pengalaman
bersama, seperti kegagalan akuisisi ARM atau candaan tentang peluang yang
terlewat. Menariknya, sekarang SoftBank (via Son) dan NVIDIA (via Huang)
kembali berkolaborasi, misalnya dengan rencana SoftBank membangun superkomputer
AI di Jepang menggunakan chip NVIDIA Blackwell. Ini menunjukkan bahwa meski ada
pasang surut, mereka tetap saling membutuhkan di panggung teknologi global.
Kalau boleh bilang, mereka seperti dua koki yang pernah coba gabungkan resep,
gagal, tapi tetap saling pinjam bahan untuk masak sesuatu yang besar!
Pada saat saya membaca spesifikasi dari AMD Ryzen 5 PRO
5650U, processor tersebut menggunakan arsitektur Zen 3, apakah istilah
arsitektur yang dimaksud sama dengan arsitektur ARM yang kita diskusikan?
Pertanyaan bagus! Tidak, arsitektur Zen 3 yang
digunakan pada AMD Ryzen 5 PRO 5650U tidak sama dengan arsitektur ARM
yang kita diskusikan sebelumnya. Meskipun keduanya disebut
"arsitektur," mereka adalah hal yang berbeda dalam konteks teknologi
prosesor. Mari kita bedah dengan analogi kue lagi supaya lebih jelas.
Arsitektur sebagai "Jenis Resep"
Bayangkan dunia prosesor seperti dunia kuliner dengan
berbagai jenis resep:
- ARM
adalah satu "jenis resep" (atau lebih tepatnya, Instruction
Set Architecture atau ISA), seperti resep kue berbasis teknik
memanggang ala Prancis. Ini menentukan cara dasar bagaimana
"bahan" (instruksi komputer) diolah dan disusun. ARM menggunakan
pendekatan RISC (Reduced Instruction Set Computer), yang simpel,
efisien, dan cocok untuk perangkat mobile atau hemat daya.
- Zen
3, di sisi lain, adalah implementasi spesifik dari "resep"
yang berbeda, yaitu x86. Ini seperti resep kue berbasis teknik
memanggang ala Amerika—lebih kompleks dan kuat, dirancang untuk
komputer desktop, laptop, dan server. x86 adalah ISA yang berbeda dari ARM,
dan Zen 3 adalah versi "resep" yang disempurnakan oleh AMD.
Perbedaan Utama
- Instruction
Set Architecture (ISA):
- ARM
punya ISA sendiri, yang dikembangkan oleh ARM Holdings. Ini seperti
bahasa khusus yang dipahami prosesor ARM.
- Zen
3 berbasis ISA x86, yang awalnya diciptakan oleh Intel dan sudah ada
sejak era PC pertama. AMD mengambil ISA x86 ini dan membuat "versi
mereka sendiri" dengan arsitektur Zen.
- Desain
dan Penggunaan:
- ARM
fokus pada efisiensi daya dan fleksibilitas, jadi banyak dipakai di
smartphone, tablet, dan perangkat IoT (contoh: Snapdragon, Apple
A-series).
- Zen
3 (dan x86 secara umum) dirancang untuk performa tinggi, cocok untuk
laptop, desktop, dan server—like your Ryzen 5 PRO 5650U, yang punya 6
core dan 12 thread untuk multitasking berat.
- Pencipta:
- ARM
adalah perusahaan yang "menjual resep"-nya ke orang lain
(Qualcomm, Apple, dll.).
- AMD
(dengan Zen 3) adalah "koki" yang mengambil resep x86, lalu
membuat kue sendiri tanpa perlu bayar royalti ke ARM—karena mereka pakai
ISA yang berbeda.
Zen 3 dalam Konteks
Zen 3 adalah generasi ketiga dari arsitektur mikroprosesor
yang dikembangkan AMD di atas dasar x86. Ini bukan ISA itu sendiri, tapi cara
AMD menyusun dan mengoptimalkan ISA x86. Misalnya, Zen 3 punya:
- Cache
lebih besar.
- Efisiensi
energi lebih baik dibanding Zen 2.
- Clock
speed lebih tinggi.
Jadi, kalau Ryzen 5 PRO 5650U pakai Zen 3, artinya ia
menggunakan "resep kue ala AMD" yang berbasis x86, bukan ARM.
Analoginya, Zen 3 adalah "kue lapis cokelat spesial AMD," sedangkan
SoC berbasis ARM seperti Snapdragon adalah "kue tart ringan ala ARM."
Kesimpulan
Arsitektur Zen 3 dan ARM sama-sama "arsitektur"
dalam arti luas (desain prosesor), tapi mereka berasal dari "keluarga
resep" yang berbeda (x86 vs. ARM). Ryzen 5 PRO 5650U tidak akan pernah
pakai ARM karena AMD fokus pada x86 untuk lini produk mereka seperti Ryzen.
Kalau ada lagi yang bikin penasaran soal ini, langsung tanya aja!
Apa arsitektur yang dipakai oleh Intel?
Intel, seperti AMD, menggunakan arsitektur berbasis x86
sebagai Instruction Set Architecture (ISA) utama untuk prosesor mereka.
Namun, sama seperti AMD yang punya "versi resep" sendiri (Zen), Intel
juga mengembangkan arsitektur mikroprosesor mereka sendiri di atas dasar x86.
Mari kita jabarkan dengan jelas.
x86: Dasar Utama Intel
x86 adalah ISA yang awalnya diciptakan oleh Intel pada 1978
dengan prosesor 8086. Ini seperti "resep dasar kue ala Amerika" yang
saya sebutkan sebelumnya—kompleks, kuat, dan dirancang untuk komputer pribadi.
Seiring waktu, x86 berkembang dengan tambahan instruksi (misalnya x86-64 untuk
komputasi 64-bit), dan Intel terus menyempurnakan cara mereka
"memasak" resep ini melalui berbagai arsitektur mikroprosesor.
Arsitektur Mikroprosesor Intel
Di atas ISA x86, Intel membuat serangkaian arsitektur
mikroprosesor yang menentukan bagaimana instruksi x86 dijalankan secara fisik
di dalam chip. Ini seperti variasi kue yang dibuat dari resep dasar yang sama.
Beberapa arsitektur terkenal Intel meliputi:
- Nehalem
(2008) - Generasi awal prosesor Core i-series, fokus pada efisiensi dan
multi-core.
- Sandy
Bridge (2011) - Membawa peningkatan besar di grafis terintegrasi dan
performa.
- Skylake
(2015) - Basis untuk banyak prosesor Core generasi ke-6 hingga ke-10,
dengan optimasi daya dan kecepatan.
- Alder
Lake (2022) - Arsitektur hybrid pertama Intel, menggabungkan core
performa tinggi (P-core) dan core efisien (E-core), mirip pendekatan
big.LITTLE di ARM.
- Meteor
Lake (2023) - Generasi terbaru saat ini (per Maret 2025), dengan
desain chiplet (multi-tile) dan fokus pada AI serta efisiensi.
Setiap arsitektur ini adalah cara Intel menyusun transistor,
cache, dan komponen lain untuk menjalankan instruksi x86 dengan lebih
baik—seperti menambahkan lapisan, frosting, atau teknik memanggang baru ke
resep x86.
Perbandingan dengan ARM
Berbeda dengan ARM yang berbasis ISA RISC (sederhana dan
hemat daya), x86 milik Intel (dan AMD) adalah ISA CISC (Complex Instruction
Set Computer). Ini berarti x86 punya lebih banyak instruksi kompleks, yang
historically cocok untuk PC dan server, tapi kadang kurang efisien dibanding
ARM untuk perangkat mobile.
Pengecualian: Intel dan ARM
Meski fokus pada x86, Intel pernah bereksperimen dengan
arsitektur lain:
- Atom
(awal 2000-an) - Beberapa varian Atom dirancang untuk bersaing dengan ARM
di pasar mobile, tapi tetap pakai x86, bukan ISA ARM.
- Lisensi
ARM - Intel sempat memproduksi chip berbasis ARM (misalnya XScale
untuk PDA) di masa lalu, tapi ini dijual ke Marvell pada 2006. Sekarang
Intel tidak lagi membuat chip ARM.
Arsitektur Terkini Intel (Maret 2025)
Prosesor Intel terbaru, seperti Core Ultra series (misalnya
Core Ultra 7 dari Meteor Lake), menggunakan arsitektur hybrid berbasis x86.
Mereka mengadopsi ide dari ARM—like P-core dan E-core—tapi tetap setia pada x86
sebagai ISA-nya. Jadi, Intel tidak pakai arsitektur ARM, melainkan
"mencuri inspirasi" dari pendekatan ARM sambil mempertahankan resep
x86 mereka sendiri.
Analoginya
Kalau ARM adalah "kue tart ringan Prancis," Intel
dan AMD sama-sama membuat "kue lapis Amerika," tapi Intel punya gaya
sendiri—mungkin dengan lebih banyak frosting dan dekorasi (fitur seperti Intel
Quick Sync atau AI acceleration) dibanding AMD.
Jadi, Intel pakai x86 sebagai dasar, dengan
arsitektur mikroprosesor mereka sendiri seperti Meteor Lake atau Alder Lake
sebagai "versi kue"-nya.