Kamis, 13 Maret 2025

Tanya Jawab bebas tentang Arsitektur Processor/SoC

Selain Mediatek dan Qualcomm, perusahaan mana lagi yang memproduksi SoC?

Selain MediaTek dan Qualcomm, ada beberapa perusahaan lain yang juga memproduksi System on Chip (SoC) untuk berbagai perangkat, seperti smartphone, tablet, dan perangkat pintar lainnya. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Samsung - Memproduksi SoC seri Exynos, yang digunakan pada banyak perangkat Galaxy mereka, seperti smartphone dan tablet. Contohnya adalah Exynos 2400 yang digunakan di beberapa model Galaxy S24.
  2. Apple - Mengembangkan SoC seri A (untuk iPhone dan iPad) dan seri M (untuk Mac dan iPad), seperti A17 Pro dan M4. Ini berbasis arsitektur ARM dan dikenal karena performa tinggi serta efisiensi daya.
  3. Huawei - Melalui divisi HiSilicon, mereka memproduksi SoC seri Kirin, yang digunakan pada perangkat Huawei dan Honor sebelum pembatasan perdagangan memengaruhi produksi mereka. Contohnya Kirin 9000.
  4. Unisoc (sebelumnya Spreadtrum) - Perusahaan asal Tiongkok ini membuat SoC untuk perangkat kelas menengah dan entry-level, seperti Unisoc Tiger T618, yang sering digunakan di smartphone murah.
  5. NVIDIA - Memproduksi SoC seri Tegra, yang lebih sering digunakan pada perangkat seperti konsol game (Nintendo Switch) dan sistem otomotif, bukan smartphone biasa.
  6. AMD - Meskipun lebih dikenal untuk CPU dan GPU, AMD juga membuat SoC, seperti seri Ryzen Embedded, yang digunakan di perangkat tertentu seperti mini-PC dan sistem tertanam.
  7. Intel - Walaupun fokus utamanya adalah prosesor untuk PC, Intel pernah mencoba masuk ke pasar mobile dengan SoC seperti Atom, meski kini lebih jarang di perangkat konsumen.
  8. Rockchip - Perusahaan Tiongkok ini memproduksi SoC untuk tablet, TV box, dan perangkat IoT, seperti seri RK3588 yang cukup populer di kalangan pengembang.
  9. Allwinner - Juga dari Tiongkok, mereka membuat SoC murah untuk tablet, smart TV, dan perangkat serupa, seperti seri Allwinner A64.
  10. Google - Baru-baru ini, Google mulai memproduksi SoC sendiri, yaitu Tensor, untuk lini Pixel mereka (misalnya Tensor G2 dan Tensor G3), yang dioptimalkan untuk AI dan machine learning.

Perusahaan-perusahaan ini biasanya mengandalkan arsitektur ARM untuk desain SoC mereka, kecuali beberapa seperti Intel yang pernah menggunakan x86. Pilihan SoC tergantung pada target pasar, mulai dari perangkat premium hingga low-end. Jika kamu ingin tahu lebih detail tentang salah satunya, beri tahu saya!

Bisakah anda memberikan analogi yang mudah dimengerti tentang hubungan antara Arsitektur misal ARM dengan Processor atau SoC

Tentu! Mari kita gunakan analogi sederhana yang relatable: membuat kue.

Bayangkan arsitektur (seperti ARM) sebagai resep kue. Resep ini memberi tahu kamu langkah-langkah dasar dan aturan untuk membuat kue yang enak—misalnya, "gunakan tepung, telur, gula, dan oven pada suhu 180°C." Tapi, resep ini tidak menentukan merek tepung apa yang harus kamu pakai atau apakah kuenya jadi kue cokelat atau kue vanila. Itu tergantung pada yang membuatnya.

Sekarang, prosesor atau SoC (System on Chip) adalah kue yang sudah jadi. Orang atau perusahaan (seperti Qualcomm, Apple, atau MediaTek) mengambil resep itu (arsitektur ARM) dan menambahkan bahan-bahan mereka sendiri—misalnya, cokelat premium, kacang, atau frosting spesial—lalu memanggangnya sesuai kebutuhan mereka. Jadi:

  • Qualcomm membuat "kue Snapdragon" dengan tambahan fitur seperti modem 5G super cepat.
  • Apple membuat "kue A17 Pro" dengan fokus pada efisiensi energi dan kecerdasan buatan.
  • MediaTek membuat "kue Dimensity" yang mungkin lebih murah tapi tetap enak untuk kebutuhan tertentu.

Jadi, ARM menyediakan "resep" atau cetak biru (aturan dan desain dasar prosesor), tapi perusahaan pembuat SoC punya kebebasan untuk menyesuaikan "rasa" dan "bentuk" kue mereka sesuai target pasar—entah itu untuk smartphone, TV pintar, atau mobil. Mereka juga bisa menambahkan "topping" ekstra seperti GPU (grafis), modem, atau fitur AI, yang membuat setiap SoC unik meskipun berbasis resep yang sama.

Bagaimana, cukup jelas? Kalau mau diperdalam lagi, kasih tahu saya!

Cukup jelas. Berarti jika begitu Arsitektur itu sendiri dibuat oleh semacam perusahaan dan para pembuat Processor dan SoC harus membayar semacam royalti. Benarkah seperti itu?

Ya, betul sekali! Kamu sudah menangkap intinya. Mari kita lanjutkan analogi kue tadi biar lebih nyambung.

ARM, yang merupakan perusahaan di balik arsitektur ARM (sekarang dimiliki oleh SoftBank dari Jepang, dan sedang dalam proses akuisisi oleh NVIDIA—tapi itu cerita lain), adalah seperti penulis resep kue terkenal. Mereka tidak membuat kue sendiri, tapi mereka merancang resepnya (arsitektur prosesor) dan menjual "hak pakai" resep itu ke perusahaan lain. Jadi, perusahaan seperti Qualcomm, Apple, Samsung, atau MediaTek harus membayar lisensi atau royalti ke ARM untuk bisa menggunakan cetak biru desain mereka.

Cara kerjanya kurang lebih begini:

  1. Lisensi Arsitektur - Perusahaan bisa membeli hak untuk menggunakan desain inti ARM (misalnya ARM Cortex-A78 atau Cortex-X4). Setelah itu, mereka boleh memodifikasi atau menambahkan "bahan" mereka sendiri (seperti GPU, modem, atau fitur khusus) untuk membuat SoC yang unik. Ini seperti membeli resep dasar, lalu menambahkan cokelat atau krim sesuai selera.
    • Contoh: Apple membayar lisensi untuk arsitektur ARM, lalu menyesuaikannya jadi A-series atau M-series yang super optimal untuk produk mereka.
  2. Desain Siap Pakai - ARM juga menawarkan desain prosesor yang sudah jadi (misalnya Cortex-A53 atau Cortex-A76), yang bisa langsung dipakai tanpa banyak modifikasi. Ini seperti membeli resep lengkap beserta panduan langkah demi langkah—tinggal panggang!
    • Contoh: MediaTek sering pakai desain siap pakai ini untuk SoC kelas menengah mereka.
  3. Royalti - Selain biaya lisensi awal, perusahaan juga membayar royalti ke ARM berdasarkan jumlah chip yang mereka jual. Jadi, setiap kali Snapdragon atau Exynos terjual di dalam smartphone, sebagian kecil keuntungannya mengalir kembali ke ARM.

Tapi ada pengecualian. Misalnya, perusahaan seperti Intel (dengan arsitektur x86) atau yang pakai RISC-V (arsitektur open-source) tidak perlu bayar ke ARM karena mereka pakai "resep" yang berbeda. RISC-V itu seperti resep gratis yang bisa diakses siapa saja, tapi butuh usaha lebih untuk membuat kue yang enak dari nol.

Jadi, intinya benar: ARM menghasilkan uang dengan menjual lisensi dan memungut royalti, sementara pembuat SoC "memasak" produk mereka berdasarkan resep itu. Model bisnis ini yang bikin ARM jadi raksasa di dunia prosesor tanpa pernah membuat chip sendiri! Kalau ada yang masih penasaran, silakan tanya lagi!

Agak keluar dari topik, namun menarik sekali melihat penjelasan anda tadi tentang ARM yang saat ini dimiliki oleh SoftBank dan ada rencana akan diakuisisi oleh Nvidia. Berarti Masayoshi son dan Jensen Huang memiliki hubungan yang dekat dalam bisnis (mungkin juga personal)

Ya, memang menarik untuk melihat bagaimana dunia teknologi sering kali melibatkan hubungan yang kompleks antar tokoh besar seperti Masayoshi Son (CEO SoftBank) dan Jensen Huang (CEO NVIDIA). Hubungan mereka memang bisa dibilang cukup erat dalam konteks bisnis, dan ada beberapa momen yang menunjukkan dinamika menarik di antara keduanya—bahkan sedikit sentuhan personal yang tersirat dari interaksi mereka.

Secara bisnis, Masayoshi Son dan Jensen Huang punya sejarah yang panjang. Salah satu titik penting adalah ketika SoftBank, di bawah kepemimpinan Son, membeli ARM pada 2016 seharga $32 miliar—langkah yang menunjukkan ambisi besar Son di dunia teknologi, khususnya chip dan AI. Lalu, pada 2020, NVIDIA di bawah Jensen Huang mengumumkan rencana untuk mengakuisisi ARM dari SoftBank seharga $40 miliar. Ini adalah salah satu kesepakatan terbesar di industri teknologi saat itu, dan menunjukkan bagaimana visi mereka berdua saling bersinggungan: Son ingin ARM jadi tulang punggung ekosistem teknologi global, sementara Huang melihat ARM sebagai kunci untuk memperluas dominasi NVIDIA di AI dan komputasi masa depan.

Namun, akuisisi ini gagal pada 2022 karena tekanan regulasi dari berbagai negara (termasuk AS, Inggris, dan Uni Eropa) yang khawatir akan monopoli di pasar chip. Meski gagal, prosesnya menunjukkan bahwa Son dan Huang punya komunikasi dan kerja sama yang intens selama negosiasi. Bahkan, ada cerita menarik dari Jensen Huang di NVIDIA AI Summit di Tokyo pada November 2024, di mana ia mengungkapkan bahwa Son pernah menawarkan pinjaman untuk membeli NVIDIA sepenuhnya sekitar satu dekade lalu. Huang bercanda, “Saya menyesal tidak mengambil tawaran itu,” sementara Son pura-pura “menangis” di pundaknya karena SoftBank pernah menjual saham NVIDIA mereka pada 2019—keputusan yang kini bernilai ratusan miliar dolar lebih sedikit dibandingkan nilai NVIDIA saat ini. Momen ini menunjukkan chemistry yang santai tapi penuh makna di antara mereka.

Dari sisi personal, sulit untuk bilang mereka “dekat” dalam arti pertemanan biasa karena tidak banyak informasi publik tentang kehidupan pribadi mereka bersama. Tapi, dari interaksi seperti di atas, terlihat ada rasa saling hormat dan pengertian yang kuat. Son dikenal sebagai visioner yang agresif dan berani mengambil risiko (pikirkan investasinya di Alibaba atau Vision Fund), sementara Huang adalah teknolog yang cerdas dan fokus membangun NVIDIA dari nol. Gaya mereka berbeda, tapi mereka punya kesamaan dalam melihat masa depan teknologi—khususnya AI dan chip—sebagai pendorong utama.

Jadi, hubungan mereka lebih ke arah simbiosis bisnis yang strategis, dengan sedikit sentuhan personal yang muncul dari pengalaman bersama, seperti kegagalan akuisisi ARM atau candaan tentang peluang yang terlewat. Menariknya, sekarang SoftBank (via Son) dan NVIDIA (via Huang) kembali berkolaborasi, misalnya dengan rencana SoftBank membangun superkomputer AI di Jepang menggunakan chip NVIDIA Blackwell. Ini menunjukkan bahwa meski ada pasang surut, mereka tetap saling membutuhkan di panggung teknologi global. Kalau boleh bilang, mereka seperti dua koki yang pernah coba gabungkan resep, gagal, tapi tetap saling pinjam bahan untuk masak sesuatu yang besar!

Pada saat saya membaca spesifikasi dari AMD Ryzen 5 PRO 5650U, processor tersebut menggunakan arsitektur Zen 3, apakah istilah arsitektur yang dimaksud sama dengan arsitektur ARM yang kita diskusikan?

Pertanyaan bagus! Tidak, arsitektur Zen 3 yang digunakan pada AMD Ryzen 5 PRO 5650U tidak sama dengan arsitektur ARM yang kita diskusikan sebelumnya. Meskipun keduanya disebut "arsitektur," mereka adalah hal yang berbeda dalam konteks teknologi prosesor. Mari kita bedah dengan analogi kue lagi supaya lebih jelas.

Arsitektur sebagai "Jenis Resep"

Bayangkan dunia prosesor seperti dunia kuliner dengan berbagai jenis resep:

  • ARM adalah satu "jenis resep" (atau lebih tepatnya, Instruction Set Architecture atau ISA), seperti resep kue berbasis teknik memanggang ala Prancis. Ini menentukan cara dasar bagaimana "bahan" (instruksi komputer) diolah dan disusun. ARM menggunakan pendekatan RISC (Reduced Instruction Set Computer), yang simpel, efisien, dan cocok untuk perangkat mobile atau hemat daya.
  • Zen 3, di sisi lain, adalah implementasi spesifik dari "resep" yang berbeda, yaitu x86. Ini seperti resep kue berbasis teknik memanggang ala Amerika—lebih kompleks dan kuat, dirancang untuk komputer desktop, laptop, dan server. x86 adalah ISA yang berbeda dari ARM, dan Zen 3 adalah versi "resep" yang disempurnakan oleh AMD.

Perbedaan Utama

  1. Instruction Set Architecture (ISA):
    • ARM punya ISA sendiri, yang dikembangkan oleh ARM Holdings. Ini seperti bahasa khusus yang dipahami prosesor ARM.
    • Zen 3 berbasis ISA x86, yang awalnya diciptakan oleh Intel dan sudah ada sejak era PC pertama. AMD mengambil ISA x86 ini dan membuat "versi mereka sendiri" dengan arsitektur Zen.
  2. Desain dan Penggunaan:
    • ARM fokus pada efisiensi daya dan fleksibilitas, jadi banyak dipakai di smartphone, tablet, dan perangkat IoT (contoh: Snapdragon, Apple A-series).
    • Zen 3 (dan x86 secara umum) dirancang untuk performa tinggi, cocok untuk laptop, desktop, dan server—like your Ryzen 5 PRO 5650U, yang punya 6 core dan 12 thread untuk multitasking berat.
  3. Pencipta:
    • ARM adalah perusahaan yang "menjual resep"-nya ke orang lain (Qualcomm, Apple, dll.).
    • AMD (dengan Zen 3) adalah "koki" yang mengambil resep x86, lalu membuat kue sendiri tanpa perlu bayar royalti ke ARM—karena mereka pakai ISA yang berbeda.

Zen 3 dalam Konteks

Zen 3 adalah generasi ketiga dari arsitektur mikroprosesor yang dikembangkan AMD di atas dasar x86. Ini bukan ISA itu sendiri, tapi cara AMD menyusun dan mengoptimalkan ISA x86. Misalnya, Zen 3 punya:

  • Cache lebih besar.
  • Efisiensi energi lebih baik dibanding Zen 2.
  • Clock speed lebih tinggi.

Jadi, kalau Ryzen 5 PRO 5650U pakai Zen 3, artinya ia menggunakan "resep kue ala AMD" yang berbasis x86, bukan ARM. Analoginya, Zen 3 adalah "kue lapis cokelat spesial AMD," sedangkan SoC berbasis ARM seperti Snapdragon adalah "kue tart ringan ala ARM."

Kesimpulan

Arsitektur Zen 3 dan ARM sama-sama "arsitektur" dalam arti luas (desain prosesor), tapi mereka berasal dari "keluarga resep" yang berbeda (x86 vs. ARM). Ryzen 5 PRO 5650U tidak akan pernah pakai ARM karena AMD fokus pada x86 untuk lini produk mereka seperti Ryzen. Kalau ada lagi yang bikin penasaran soal ini, langsung tanya aja!

Apa arsitektur yang dipakai oleh Intel?

Intel, seperti AMD, menggunakan arsitektur berbasis x86 sebagai Instruction Set Architecture (ISA) utama untuk prosesor mereka. Namun, sama seperti AMD yang punya "versi resep" sendiri (Zen), Intel juga mengembangkan arsitektur mikroprosesor mereka sendiri di atas dasar x86. Mari kita jabarkan dengan jelas.

x86: Dasar Utama Intel

x86 adalah ISA yang awalnya diciptakan oleh Intel pada 1978 dengan prosesor 8086. Ini seperti "resep dasar kue ala Amerika" yang saya sebutkan sebelumnya—kompleks, kuat, dan dirancang untuk komputer pribadi. Seiring waktu, x86 berkembang dengan tambahan instruksi (misalnya x86-64 untuk komputasi 64-bit), dan Intel terus menyempurnakan cara mereka "memasak" resep ini melalui berbagai arsitektur mikroprosesor.

Arsitektur Mikroprosesor Intel

Di atas ISA x86, Intel membuat serangkaian arsitektur mikroprosesor yang menentukan bagaimana instruksi x86 dijalankan secara fisik di dalam chip. Ini seperti variasi kue yang dibuat dari resep dasar yang sama. Beberapa arsitektur terkenal Intel meliputi:

  1. Nehalem (2008) - Generasi awal prosesor Core i-series, fokus pada efisiensi dan multi-core.
  2. Sandy Bridge (2011) - Membawa peningkatan besar di grafis terintegrasi dan performa.
  3. Skylake (2015) - Basis untuk banyak prosesor Core generasi ke-6 hingga ke-10, dengan optimasi daya dan kecepatan.
  4. Alder Lake (2022) - Arsitektur hybrid pertama Intel, menggabungkan core performa tinggi (P-core) dan core efisien (E-core), mirip pendekatan big.LITTLE di ARM.
  5. Meteor Lake (2023) - Generasi terbaru saat ini (per Maret 2025), dengan desain chiplet (multi-tile) dan fokus pada AI serta efisiensi.

Setiap arsitektur ini adalah cara Intel menyusun transistor, cache, dan komponen lain untuk menjalankan instruksi x86 dengan lebih baik—seperti menambahkan lapisan, frosting, atau teknik memanggang baru ke resep x86.

Perbandingan dengan ARM

Berbeda dengan ARM yang berbasis ISA RISC (sederhana dan hemat daya), x86 milik Intel (dan AMD) adalah ISA CISC (Complex Instruction Set Computer). Ini berarti x86 punya lebih banyak instruksi kompleks, yang historically cocok untuk PC dan server, tapi kadang kurang efisien dibanding ARM untuk perangkat mobile.

Pengecualian: Intel dan ARM

Meski fokus pada x86, Intel pernah bereksperimen dengan arsitektur lain:

  • Atom (awal 2000-an) - Beberapa varian Atom dirancang untuk bersaing dengan ARM di pasar mobile, tapi tetap pakai x86, bukan ISA ARM.
  • Lisensi ARM - Intel sempat memproduksi chip berbasis ARM (misalnya XScale untuk PDA) di masa lalu, tapi ini dijual ke Marvell pada 2006. Sekarang Intel tidak lagi membuat chip ARM.

Arsitektur Terkini Intel (Maret 2025)

Prosesor Intel terbaru, seperti Core Ultra series (misalnya Core Ultra 7 dari Meteor Lake), menggunakan arsitektur hybrid berbasis x86. Mereka mengadopsi ide dari ARM—like P-core dan E-core—tapi tetap setia pada x86 sebagai ISA-nya. Jadi, Intel tidak pakai arsitektur ARM, melainkan "mencuri inspirasi" dari pendekatan ARM sambil mempertahankan resep x86 mereka sendiri.

Analoginya

Kalau ARM adalah "kue tart ringan Prancis," Intel dan AMD sama-sama membuat "kue lapis Amerika," tapi Intel punya gaya sendiri—mungkin dengan lebih banyak frosting dan dekorasi (fitur seperti Intel Quick Sync atau AI acceleration) dibanding AMD.

Jadi, Intel pakai x86 sebagai dasar, dengan arsitektur mikroprosesor mereka sendiri seperti Meteor Lake atau Alder Lake sebagai "versi kue"-nya.

 

Kemampuan AI (ChatGPT)

Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

JSON Variables

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's.

Recent Posts

{getWidget} $results={4} $label={recent}

Blogroll

Pages

About

Facebook

Comments

{getWidget} $results={3} $label={comments}

Advertisement

Subscribe Us